The Girl

a.k.a Adianette, 16 y.o
I know what happened, only I wasn't there.

Another Side
Facebook
DeviantArt
Twitter
Tumblr
Looklet
Formspring

Chat


Link
akibbernyanyi
amalinabudiati
boompoetree
larasputri
mangakazuki
mitamiti
ranivampire
ratihsanjaya
reichikaru
sarisarie
sebuahceritasebuahdunia
shifantasiana
tirangerti
wirjonoktarini


Archives
January 2009
February 2009
March 2009
July 2009
August 2009
September 2009
November 2009
December 2009
January 2010
March 2010
April 2010
May 2010
June 2010
July 2010
August 2010
January 2011
February 2011
May 2011
July 2011
November 2011
December 2011
January 2012
April 2012
September 2012
December 2012
January 2013
April 2013
July 2013


Tweets


Ette and Friends the Explorers Part 2: Commoner Porridge
Sunday, April 22, 2012
Sebelumnya pada udah nonton/baca Ouran High School Host Club belom? Itu komik trus ada animenya gitu deh ada versi dramanya juga trus katanya mau ada filmnya juga gitu. Tumbenan kan aku nonton anime~
Jadi kan di situ ceritanya ada sekolah isinya orang tajir mampus semua, trus ada murid beasiswa gitu dia bawa kopi instan. Nah kan ini orang-orang tajirnya kebiasa pake kopi yg gak instan gitu kan, kali macem kopi luwak atau kopi yang harus digiling dulu dan semacamnya, trus mereka pada takjub gitu deh liat kopi instan yang cuma diseduh doang udah jadi -____-'
Nah kemudian mereka menamai kopi instan itu 'commoner coffee' atau mungkin kalau diterjemahkan 'kopinya rakyat jelata' -_____-

Jadi bisa disimpulkan bahwa commoner porridge ini adalah bubur instan.

Setting cerita ga jauh beda sama yang Part 1 kemarin. Bedanya kalo Part 1 itu pas kelas 10 mau naik kelas 11, ini pas kelas 11 semester satu mau semester dua. Jadi kita udah selesai semesteran tapi belum liburan gitu deh.

Tokoh di sini adalah selain saya tentunya, ada Sekar Nimas Zulfa yang udah disebutin di Part 1 -- ya kalo mereka sering muncul soalnya kejadian-kejadian nista biasanya terjadi pas ada mereka juga. Trus ada tambahan yaitu Asha dan Marsya.
Asha ini adalah bebeb saya #salah, sebenernya kita belom pernah sekelas tapi kegilaan dan ketidakwarasan menyatukan kami. Dia adalah seorang fangirl sejati, seorang fujoshi *diumbar ya neeeeng*, suka jejepangan juga kayak Zulfa.

Sementara Marsya adalah orang yang sudah lima tahun sekelas sama saya, dari SMP 3 tahun sekelas, mau sekolahnya udah pada pindah-pindah dari SMP ke SMA ternyata masih satu sekolah juga, udah kelasnya diacak ternyata satu kelas juga, diacak lagi ternyata sekelas lagi. Pokoknya dari jangka waktu SMP sampe SMA ini, jadwal ulangannya adalah jadwal ulanganku juga, tugas sekolahnya adalah tugasku juga, gurunya adalah guruku juga. Unyu banget ga sih.

Jadi dimulai saat Marsya nulis di twitter kalo dia kepengen makan bubur itu tuh, sebut nama gak ya.
Buburnya itu pokoknya bubur yang cabangnya lumayan di mana-mana di Jogja *kalimat tidak efektif*
Buburnya itu bukanya pagi, tulisannya sih dari jam 6 sampe jam 11.
Trus ada gitu di deket sekolah, bisa dicapai dengan jalan kaki saja.
Aku bales tweetnya dia yg bilang pengen bubur itu "Yuk besok beli buburnya! Jalan ke sana!"
Ide disetujui. Mumpung di sekolah juga kerjaan udah ga jelas, bisa lah ya ngabur jam 10 trus makan bubur di sana...
Ini letak si warung bubur:



Seorang saya dengan kemampuan membaca peta dan denah lebih rendah dari Dora, memutuskan untuk membuat denah bagi kalian semua adalah salah satu bentuk cinta.

Besoknya, jam 10 pagi. Pas udah mau beli bubur, eh si kurcaci-kurcaci (Sekar-Nimas-Zulfa-Asha) pengen ngikut aja.Yaudah akhirnya kita berangkat riang gembira bersama-sama.
Kita lewat jalur 1 yaitu yang diwarnai biru di denahnya itu. Ini penting banget.

Sesampainya di warung bubur, dengan unyunya kita ngomong ke mas-masnya yang di sana. Sambil kedip-kedip yang juga unyu tentunya.

"Mas, buburnya masih ada?"

Si mas ilfil.Trus ga mau jualan lagi. Si mas kemudian menjawab.
Tanpa memikirkan perjuangan kami jalan kaki dari sekolahan
Tanpa memikirkan perasaan kami semua yang ngidam bubur ayam
Tanpa memikirkan cuaca yang labil akibat global warming
Tanpa memikirkan kekuatan cinta
Apaan sih.

"Buburnya sudah habis mbak"

Padahal pas itu jam 10 pagi (apa jam 9?), katanya tutup jam 11
KENAPA BUBURNYA HARUS HABIS SEKARANG?? KENAPA NGGAK BESOK AJA??
KENAPA??
KENAPA???
WAAAAAAAAEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE????!!!!
*suara menggema*
*dilempar toa*
*lanjut njerit pake toa*

Ehm.

Tentunya kami semua kecewa.
Rasanya kayak... dilempar ke atmosfir paling tinggi... alah apaan sih ga apal iklannya ga pernah nonton tv.

"Terus sekarang kita makan apa?"
dengan intonasi paling melas yang bisa kalian bayangkan, kami saling bertanya-tanya.
Apa yang harus kita makan kali ini? Akan adakah yang peduli? Akan adakah yang terlintas di pikirannya untuk memberikan kami sesuap nasi? Sebutir beras? Sepiring lamb chop? Atau yang peduli untuk melirik dan sudi untuk memberikan kami sepiring spaghetti bolognaise?

Trus akhirnya kita nemu jual ayam gitu deh di depan si bubur (ga kegambar di denahnya, pokoknya di depan bubur ada jual ayam goreng)
AKHIRNYA! KITA MENEMUKAN MAKANAN!
TAK ADA BUBUR AYAM, AYAM GORENG PUN JADI!
ME GUSTA!!!!!


bersambung dulu ah biar pada penasaran.
Updated -- lanjutannya nih :p



*melinguk*
melinguk itu sebenernya kata-kata macem apa

Post ini ditulis di kelas pada saat istirahat kedua. Mari kita lihat apakah saya bisa menulis di tengah hiruk pikuk kelas. Yak di sebelah sana ada yang lagi mempermasalahkan mati lampu, di sebelah sana ada yang mbojo, di sebelah situ ada yang ngopy foto, di dekat pintu ada yang ngintip, di depan ada yang lagi nggambar karikatur Agung Hercules, dan di sebelah ada orang kepo.

Agung Hercules itu penyanyi dangdut. Dangdut macho, istilahnya. Judul lagunya Astuti - Asli tukang tipu
SEBAGAI SEORANG ASTUTI SAYA TERSINGGUNG.
Aku gak mau embed videonya di sini soalnya blog ini sudah cukup terlaknat oleh adanya embed videonya Facebook Official.

Trus kenapa malah ngomongin Agung Hercules.

Ah iya, pasti kalian semua penasaran lanjutan cerita bubur ayam dan ayam goreng :'D

Jadi kita nemuin penjual ayam goreng di depan bubur ayam
Gambar denah lagi ah.


Kemarin sampe kita nemuin penjual ayam goreng kan? Nah, dengan serta merta kami pun melangkahkan kaki dgn riang gembira menuju yang jual ayam goreng.
Di sana kita celingukan sebentar
......
dan menemukan yg jual ayam goreng ternyata belum buka.
Rasanya kayak dikasih harapan palsu.

Coba bayangin kamu deket sama someone, udah smsan, udah kayak pdkt gitu
ternyata dia malah jadian sama orang lain! padahal kamu udah suka sama orang itu
bayangin!!
*btw ini kayak ceritanya siapa gitu deh, batuk*

ya pokoknya udah mau beli ayam goreng ternyata ayamnya tutup itu ya rasanya kayak gitu itu.

Kami kemudian galau bersama, di deket trotoar.
Kita udah jalan kaki dari sekolahan sampe sekitar situ, jalan kaki bukan ngesot
Ternyata usaha kami sia-sia
Kami gak jadi dapet bubur, gak jadi dapet ayam juga :(
*mata berkaca-kaca*

Sampai akhirnya Asha nyeletuk, "Makan s***rbubur aja yuk di circle K."

Ide yang bagus. Di Circle K gitu kan ada dispenser buat air panas gitu kan, microwave juga ada, gelas plastik juga ada, sendok plastik pun ada. Makanan instan dari mi instan sampe sereal ada juga.
Dari sinilah kisah Commoner Porridge yang sebenarnya dimulai.
Jrengjrengjreng!!

Permasalahannya adalah, di Circle K yang deket sekolahan itu nggak ada tempat duduknya, trus mau makan di mana?

"Ya udah, duduk aja di depan pintunya, jongkok trus makan di situ."

Nah loh!!!
Dan kita mau-mau aja akhirnya ke Circle K, beli bubur instan yang ada bonus mangkok styrofoamnya itu, trus nyampur bumbu-bumbunya di sana, nuangin pake air panas, ngaduk-ngaduk, dan klimaksnya:
Kita jongkok di depan pintu CK trus makan di sana.
Masih pake seragam sekolah, FYI.

Nih aku kasih ilustrasi biar kebayang bentukannya. Kita berenam yang bulet-bulet item itu ya

Bayangin kalo orangtua dari kita tiba-tiba lewat di depan jalan raya-nya itu trus ngeliat anaknya duduk depan CK makan bubur T^T
Secara biasanya yang nongkrong di CK itu kan macemnya preman-preman gitu kan, lah ini anak-anak SMA bermuka polos duduk sila sambil makan bubur, cukup nggak elit.
Udah gitu diliatin mas-mas tukang parkir, sama ada bapak-bapak naik sepeda yang kaget gitu liat kita sambil ngomong "Loh, ini pada bolos?"
Sambil menahan sisa harga diri yang tersisa, kami menjawab, "Udah nggak ada pelajaran pak..."
mana bapak-bapaknya itu mukanya mirip guru agama di sekolah lagi

Dulu ada fotonya, tapi kehapus gara-gara memory hp keformat :(

Trus akhirnya Marsya beli snack yang ada mainannya gitu deh
Membuang sisa harga diri yang sudah tinggal dikit, akhirnya kami malah mainan pake mainannya itu
Ada bonus stikernya ditempel di hpku
Sungguh tidak elit.
Sungguh sebenarnya seluruh kisah ini adalah tidak elit.
Sekian dan terima sumbangan seikhlasnya.

MUAH!

Labels:



by Adianette

----